CIREBON –
Setelah petugas berhasil meringkus dua orang wartawan gadungan yang diduga melakukan pemerasan. Mashuri, korban pemerasan yang berprofesi sebagai Kepala Sekolah SDN 1 Setupatok, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, buka suara.
Mashuri menduga, pelaku sudah membuntutinya sejak dari Kuningan, hingga ia didatangi sebanyak deapan orang menggunakan dua mobil yang mengaku sebagai wartawan.
“Delapan orang itu datang ke rumah, dan menghampiri saya menanyakan kenapa saya berada di salah satu hotel di Kuningan,” katanya, Kamis (29/8/2019).
Ia melanjutkan, keberadaannya di Kuningan bersama salah seorang guru dijadikan alat untuk memeras. “Rupanya dari Kuningan saya sudah diintai,” imbuhnya.
Bermodal peristiwa itu mereka meminta uang damai sebesar Rp160 juta, jika tidak dipenuhi maka akan dilaporkan ke Dinas Pendidikan agar dirinya dipecat secara tidak hormat. Mashuri mengaku, dituding telah melakukan perbuatan mesum dengan seorang guru.
“Mereka menuduh saya melakukan perbuatan yang tidak-tidak di hotel tersebut. Supaya posisi dan nama baik saya aman, mereka meminta uang damai,” ujarnya.
Namun, ia tidak dapat memenuhi permintaan itu karena tidak memiliki uang dengan jumlah yang diminta. Dengan negosiasi yang alot, akhirnya disepakati uang damai itu dipenuhi sebesar Rp30 juta. “Saya tidak punya uang banyak. Saya hanya sanggup Rp30 juta,” terangnya.
Sementara, Kapolsek Mundu AKP Iwan Gunawan menyatakan, setelah pengamanan kepada dua pelaku pemerasan yakni SR dan DS pihaknya akan melakukan pengembangan.
“Kami akan lakukan oengembanhan dari bukti-bukti, saksi, dan pelaku yang sudah diamankan,” katanya. (Juan)