MAJALENGKA –
Olahraga tradisional atau permainan kontemporer dewasa ini seolah kian terlupakan akibat terkikis perkembangan zaman. Bahkan dalam perjalanannya kian ditinggalkan, terutama oleh generasi sekarang yang cenderung lebih tertarik pada perkembangan teknologi.
Anak-anak zaman sekarang (milenial) semakin terlena dengan gadget dan game online. Sehingga mereka menganggap permainan tradisional sudah tidak relevan dengan jaman. Di sisi lain, permainan jadul tersebut sebenarnya bisa menjadi kegiatan yang lebih mengasyikan dan menjadi daya tarik tersendiri jika dikemas dengan apik.
Itu juga yang mendorong SDN I Leuwikujang, Kecamatan Leuwimunding untuk mengenalkan dan menumbuhkan kecintaan sekaligus melestarikan permainan tradisional kepada generasi saat ini. Seperti permainan kaleci, semse, congklak, egrang, bon-bonan dan lainnya yang sarat dengan pendidikan karakter karena dalam permainan tersebut tersirat makna kerja sama, komunikasi, dan toleransi.
“Permainan dulu membuat anak-anak lebih kooperatif dan yang paling penting nilai dan budi pekerti yang kemudian terbentuk secara alami serta menumbuhkan rasa kebersaman dan gotong royong,” ungkap Kepala SDN I Leuwikujang, Hj Imas Mastari, S Pd di sela kegiatan permainan tradisional yang dilaksanakan untuk memperingati Hari Olahraga Nasional (Haornas), Senin (9/9).
Selain itu, dengan merekonstruksi permainan jadul dalam sebuah perlombaan merupakan salah satu upaya untuk kembali membumikan eksistensi permainan tradisional. “Anak zaman now atau era milenial pasti banyak yang tidak mengenal permainan anak-anak tradisional dan olahraga tradisional khas Sunda. Makanya kita hari ini mengenalkan kembali kepada mereka permainan tradisional,” tutur Imas
Imas bersama staf guru dan pegawai sekolah membuat sebuah konsep kegiatan perlombaan permainan tradisional di antaranya tokle, dadaluan, damdaman, kaleci, semse, congklak, egrang, dan bon-bonan. Sekolah memberikan hadiah berupa alat tulis kepada para pemenang perlombaan.
“Budaya itu sangat berbanding lurus dengan pembentukan karakter, nilai serta kreativitas anak didik. Sedangkan budaya saat ini dengan pengaruh dari teknologi membentuk karakter generasi penerus lebih cenderung kepada pengaruh negatif dan bersikap pasif,” kata Imas
Apalagi lanjut dia, di momentum Haornas seperti yang diamanatkan Bupati Majalengka Karna Sobahi, sekolah diminta untuk menyisipkan kegiatan permainan tradisional dalam lingkungan sekolah agar kelak generasi penerus sadar jika NKRI merupakan keberagaman budaya yang direkatkan oleh kebhinekaan dan Pancasila. (Oki)