MAJALENGKA –
Berawal dari kegemarannya dalam mengenakan busana batik, perempuan berusia paruh baya akhirnya mencoba menggeluti usaha batik. Bahkan, dia memulainya dengan inovasi baru. Membatik dengan cara merebus kain bersama dedaunan.
Dalam sebulan, ibu yang bernama lengkap Juju Juwairiyah ini bisa menghasilkan 100 lembar kain yang selesai dibatik. Batik ini tergolong unik, karena menggunakan dua unsur yang berbeda. Pertama bahan Bakunya menggunakan warna dedaunan. Kedua, proses membatiknya dengan cara merebus kain bersama dedaunan itu.
“Pertama, saya nyari dedaunan dulu untuk motifnya. Misal, corak daun jati untuk menarik, maka saya kumpulkan daun jati. Lalu saya merebusnya dengan kain. Cukup lama, tapi hasilnya bagus. Dari sanalah saya menekuni batik ecoprinting ini,” ujarnya, saat ditemui di rumahnya di wilayah Desa Ciomas Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka, Senin (1/10).
Perempuan yang akrab dipanggil Bu Juwi ini, menambahkan proses membatiknya yang tergolong unik itu, berawal karena keinginannya untuk mencoba motif-motif batik yang baru. Ia melihat motif motif batik saat itu, dinilai kurang variatif. Pada pertengahan tahun 2018 lalu, ia mulai mencoba mengembangkannya sendiri.
“Saya bosan melihat motif yang itu-itu saja. Saya ingin sesuatu yang unik, menarik. Jadilah ecoprinting.” ungkapnya.
Bu Juwi memang pernah belajar membatik di wilayah Ciwaringin Kabupaten Cirebon. Di wilayah tersebut ia belajar cara membatik. Kemudian di rumahnya, ia kembali menggagas sesuatu yang baru untuk dikembangkan. Dan batik ecoprinting yang dikenal olehnya mendapatkan respon yang besar dan memiliki pangsa pasar tersendiri.
“Alhamdulillah, saat ini omset lumayan. Pangsa pasar batik ecoprinting adalah kalangan menengah ke atas. Makanya harga yang termurah adalah Rp200 ribu. Lebih sulit dan lebih beragam motifnya, maka harganya semakin mahal,” ungkapnya.
Juwi mengaku tak terlalu faham dunia penjualan. Namun, saat ini, karena sudah banyak media sosial, maka setelah selesai membatik dan hasilnya memuaskan serta layak dijual, ia akan memostingnya di akun sosial media miliknya.
“Selain saya posting di FB, tentunya saya pun mengandalkan relasi teman. Alhamdulillah berkah mas,”ungkapnya.
Sementara itu bahan baku yang ia gunakan di antaranya daun jati, daun kersen, daun sirsak. Juwi mengambilnya dari halaman kebun miliknya.
Terpisah, seniman lukis yang aktif di komunitas Perupa Majalengka, Ade Realis mengatakan, proses batik ecoprinting yang tengah digeluti oleh Bu Juwi di Ciomas-Sukahaji itu pernah dipamerkan dalam acara Dekkma tahun 2018 lalu. Sebagai seniman lukis, ia cukup takjub melihat karya-karya batik ecoprinting.
“Karya batik ini, harus diapresiasi. Nilai kreatifitasnya cukup tinggi. Tentu saya berharap kemajuan batik ecoprinting ini bisa menjadi ikon Batik di Majalengka. Apalagi batik itu merupakan warisan budaya dunia,” pungkasnya. (Haidar/Kumparan/Ciremaitoday)