INDRAMAYU –
Pasukan setan menjadi regu yang cukup ditakuti Belanda saat perang kemerdekaan RI di wilayah Pantura Jawa Barat. Pasukan ini disebut sebagai pasukan setan karena bertempur secara bergerilya pada malam hari dan melakukan operasi senyap.
Pasukan ini dipimpin oleh MA Sentot. Pria asal Desa Plumbon, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu. Meski dengan senjata seadanya, namun pasukan setan ini mampu merepotkan Belanda.
Pasukan setan ini terkenal licin dan tahan banting. Mereka rela berpindah tempat dari lokasi persembunyian satu ke lokasi persembunyian yang lainnya agar tidak ‘tercium’ keberadaannya oleh pemerintahan Belanda. Mereka juga kerap melakukan strategi khusus saat menyerang Belanda.
Mereka bahkan kerap menyerang Belanda secara mendadak pada malam hari dan hilang seketika usai melancarkan serangan mendadak ke pos-pos pertahanan pemerintah Belanda.
Pasukan setan ini dipimpin oleh M.A Sentot selama beberapa tahun selama zaman kemerdekaan RI. Dalam berbagai penghadangan dan penyerangan di bumi Wiralodra Indramayu, pasukan M.A Sentot banyak menimbulkan banyak kerugian bagi tentara Belanda.Bahkan, banyak melukai serta menewaskan Tentara Belanda.
Pemimpin pasukan setan yakni M.A Sentot dicatat, sebagai pejuang yang gigih mengusir penjajah apalagi saat berperang di daerah dekat jembatan Cimanuk Indramayu yang sekarang terdapat tugu nol Km.
M.A Sentot merupakan putra daerah yang lahir di Blok Lapangan Bola Desa Plumbon Indramayu pada 17 Agustus 1925.M.A Sentot merupakan anak keempat dari pasangan H. Abdul Kahar dan Hj. Fatimah.
Sosoknya yang berani,sudah terlihat sejak menginjak remaja.M.A. Sentot sudah terlihat memiliki jiwa nasionalisme. Pada jaman penjajahan Belanda, M.A Sentot mengenyam pendidikan di HIS Indramayu. Pada zaman penjajahan Jepang, ia masuk PETA mengikuti pendidikan Shodantjo dan selepas itu menjadi Shodantjo di Daidan Majalengka dan Indramayu.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan oleh Soekarno dan Hatta, M.A Sentot masuk BKR, yang kemudian berganti nama menjadi TKR, lalu berganti lagi menjadi TRI, dan kemudian beralih nama menjadi TNI.Kala itu, ia memulai karier dengan pangkat Letnan Satu kemudian naik menjadi Kapten menjadi Komandan Kompi, bergerilya selama perang kemerdekaan melawan Belanda yang mencoba kembali menjajah Indonesia.
Saat perjuangan kemerdekaan,M.A Sentot memimpin pasukan di berbagai daerah seperti Desa Lohbener, Larangan, Cikedung, Jambak, Penganjang, Bugel dan Bongas. (IJnews)
Foto : kanda.id