CIREBON – Memperingati tahun baru Islam 1 Muharam atau 1 Suro, beragam tradisi dilaksanakan di Keraton Kanoman, Cirebon, Jawa Barat. Pada Selasa malam (10/8/2021), dilakukan tradisi baca babad Cirebon secara adat keraton yang diikuti sultan beserta keluarga dan para abdi dalem.
Meski dilakukan secara sederhana dan singkat lantaran pandemi COVID-19, namun tradisi adat ini tetap berjalan lancar. Dengan diawali sungkem oleh pangeran kumisi kepada patih keraton Kanoman, tradisi baca babad Cirebon di Keraton Kanoman Cirebon, Jawa Barat, dilakukan secara khidmat.
Sebagai bagian dari peringatan tahun baru Islam 1 Muharam, sementara rombongan abdi dalem yang membawa sejumlah lilin besar mengiringi pembawa naskah kuno babad Cirebon menuju bangsal witana keraton Kanoman Cirebon dan diikuti oleh Sultan Keraton Kanoman Muhammad Emirudin.
Tradisi babad Cirebon ini merupakan tradisi yang sudah dilakukan ratusan tahun dan dilakukan setiap memperingati 1 Muharam. Dalam tradisi ini dibacakan babad Cirebon atau sejarah panjang Cirebon tentang Syeh Syarif Hidayatullah atau dikenal dengan Sunan Gunung Jati dengan menggunakan bahasa daerah Cirebon.
Hal ini dilakukan agar generasi penerus dapat terus mengingat bagaimana sejarah penyebaran agama Islam di tanah Jawa oleh Sunan Gunung Jati dan sejarah kota Cirebon. Acara ini juga dalam rangka memperingati hari jadi Kota Cirebon yang ke-652.
Acara ini berlangsung secara khidmat dan sederhana lantaran berlangsung di tengah pandemi COVID-19. Tradisi pada tahun ini, tidak banyak dihadiri oleh para pejabat daerah seperti peringatan peringatan sebelum masa pandemi. Bahkan beberapa rangkaian acara terpaksa ditiadakan untuk mempersingkat acara.
Namun demikian, esensi dari tradisi babad Cirebon tetaplah berjalan seperti biasanya meski dihadiri oleh sultan dan keluarganya dan bebeberapa abdi dalem dan masyarakat sekitar keraton dengan menerapkan protokol kesehatan ketat.
Juru bicara kesultanan Keraton Kanoman Cirebon, Ratu Raja Arimbi mengatakan esensinya dalam pembacaan babad Cirebon ini tentunya bisa menjadi sebuah informasi bagi generasi penerus.
Sejarah Islam di Cirebon
Dalam tradisi babad Cirebon ini, terdapat kisah perjalanan Syeh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati dan juga pemandunya pangeran Walangsungsang. Kemudian membuka padukuhan dan inilah pedukuhan pertama yakni Cirebon.
“Diharapkan dengan tradisi baca babad Cirebon ini, generasi penerus dapat selalu mengingat sejarah penyebaran agama Islam di tanah Jawa oleh Sunan Gunung Jati dan sejarah kota Cirebon serta juga dapat mengamalkan ajaran ajaran agama Islam dengan baik,” kata dia.
Pihak keraton kanoman juga mengajak masyarakat agar senantiasa berdoa untuk keselamatan bangsa terutama di tengah wabah pandemi COVID-19 agar segera teratasi. (*)