INDRAMAYU –
Petani lahan sawah tadah hujan di Desa Sukaslamet, Kecamatan Kroya, Kabupaten Indramayu pascapanen pertama Maret lalu, mulai kembali menggarap lahan sawah kedua (sadon) dengan memanfaatkan air hujan.
Masa tanam yang dilakukan para petani di Desa Sukaslamet sebenarnya lebih awal dilakukan dari biasanya. Hal itu disebabkan karena petani khawatir sadon air yang selama ini menggenangi sawah mulai mengering karena musim hujan yang tak menentu, beberapa minggu terakhir.
Lain halnya dengan petani sawah irigasi teknis yang sudah kembali menggarap lahan tak berselang lama setelah memanen
Menurut Kasno, salah seorang petani sawah tadah hujan, biasanya para petani akan menyimpan gabah lebih banyak dibandingkan saat panen akhir tahun. Sebab harga padi sekarang anjlok. Selain itu, juga sebagai antisipasi terjadinya peceklik yang biasanya memicu kenaikan harga beras.
“Biasanya antara bulan Maret hingga akhir April petani mulai menyimpan gabah lebih banyak untuk persiapan sampai musim panen sadon tahun 2019,” ungkap Kasno, Selasa(9/4/2019).
Kasno menambahkan, biasanya saat musim pertengahan sadon, lahan mengalami kekeringan dan memaksa petani mencari sumber mata air, bahkan membuat sumur bor pantek.
“Apalagi Bupati (Indramayu) mengimbau agar jangan menjual dulu hasil panen dan kalau bisa disimpan sampai harga stabil. Bagaimanapun hasil panen sadon tahun ini tidak bisa dijual semua karena harus mempersiapkan untuk kebutuhan hingga hingga panen,” katanya.
Namun kata dia, ada sebagian petani yang tidak menyimpan gabah untuk persediaan hingga musim panen selanjutnya. Hal itu disebabkan karena beberapa petani yang tidak memiliki modal langsung meminjam dan menjual hasil sawahnya kepada pemodal.
“Banyak petani yang melakukan sistem yarnen (bayar panen) jadi ketika panen hanya sedikit yang disimpan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Sehingga jika stok habis terpaksa mereka membeli dari pasar dengan harga yang sangat tinggi,” katanya. (Nanang)