CIREBON –
Sambut Ramadhan 1440 H, Keraton Kasepuhan Cirebon menabuh bedug yang usianya ratusan tahun. Tabuh bedug tersebut, merupakan zaman para wali dalam menyambut datangnya Bulan Ramadhan atau disebut ‘Drugdag’. Bedug yang terletak di Langgar Agung Keraton Kasepuhan ditabuh dengan keras selama kurang lebih satu jam secara bergantian, menandakan para warga merasa gembira menyambut Bulan Suci, terlebih diberi usia dan kesehatan dalam menjalani ibadah puasa. Setelah Drugdag, selanjutnya adalah bancakan atau makan bersama.
Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat mengatakan, pemukulan bedug sebagai tanda bahwa nanti malam sudah memasuki bulan Ramadhan melaksanakan sholat tarawih dan umat islam menjalankan ibadah puasa.
“Makna bedug ini adalah kita menyambut bulan Ramadhan dengan gembira. Yang Insya Allah akan dibalas dengan pahala dan surga,” katanya, Minggu, 5/5/2019.
Ia melanjutkan, budaya tabuh bedug sendiri tidak terdapat di negara manapun termasuk Arab Saudi, hanya ada di Indonesia khususnya di Jawa.
“Para Wali Songo pada waktu itu memanfaatkan bedug untuk kegiatan-kegiatan agama islam, terutama adalah untuk menandakan sholat lima waktu. Dan saat takbiran Idul Fitri serta Idul Adha. Tradisi ini tidak ada di Mekah dan Madinah,” ujarnya.
Ia menyatakan, suara khas nan keras yang diciptakan bedug itu dapat terdengar jauh oleh warga sekitar, sehingga mereka datang berkumpul sekaligus bersilaturahmi.
“Disinilah letak budaya khas yang kita miliki, silaturahmi sebelum bulan puasa sudah berjalan selama ratusan tahun dan biasanya dibarengi dengan makan bersama atau bancakan,” terangnya.
Ia menambahkan, bedug sendiri sudah ada sebelum islam masuk ke Indonesia. Namun, bedug yang ada di Langgar Agung sudah beberapa kali mengalami pembaruan karena bedug yang asli sudah rusak dimakan zaman.
“Yang lama sudah rusak, yang ada sekarang adalah hasil dari pembaharuan dan perbaikan,” pungkasnya. (Juan)