KUNINGAN –
Petugas gabungan dari BPBD Kuningan bersama Balai TNGC maupun PPGC dan para relawan mendistribusikan logistik untuk petugas yang sedang berusaha memadamkan api di hutan Gunung Ciremai.
Sejumlah logistik itu berupa air mineral maupun makanan siap saji, sebagai bekal selama perjalanan ke titik koordinat kebakaran karhutla hingga upaya pemadaman.
Selain bekal makanan, peralatan tangan untuk upaya pemadaman karhutla dipersiapkan seperti jet shooter, golok, dan kepyok juga dibawa. Jika upaya pemadaman manual tidak memungkinkan, maka helikopter water bombing diturunkan.
“Kalau kondisi tidak memungkinkan dengan manual, maka helikopter water bombing diturunkan. Nanti airnya akan diambil dari Waduk Darma Kuningan,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kuningan, Agus Mauludin di Pos pendakian jalur Palutungan, Kecamatan Cigugur, Kamis (8/8/2019).
Saat ini, pihaknya tengah mempersiapkan logistik untuk dikirim ke atas gunung. Pengiriman logistik juga berbarengan dengan keberangkatan para relawan keatas gunung. “Ada tim logistik sendiri, kemungkinan mereka menginap. Jadi tim yang naik juga tidak sembarangan,” katanya.
Jika upaya pemadaman secara manual, Ia menyebut, hanya dapat dilakukan dengan cara membuat sekat bakar. Hal itu untuk memutus sebaran api agar tidak menjalar lebih luas lagi, ditambah tidak ada sumber air di sekitar titik karhutla.
“Mungkin upaya dengan sekat bakar, karena kondisinya kan landai naik turun bukit. Lalu juga tidak ada sumber air di sana,” singkatnya.
Walau demikian, pihaknya mengaku, sudah siap dengan segala peralatan yang dibutuhkan selama proses pemadaman karhutla secara manual. “Tim kita sudah siap semua, api sudah mulai masuk di wilayah Kuningan. Posisinya 20 meter diatas blok Sanghyang Ropoh, pada ketinggian 2600 mdpl,” jelasnya.
Masih di tempat yang sama, ketiga orang pendaki terlihat turun dari atas gunung. Ketiganya mengaku, melihat api berada diatasnya blok Gua Walet.
“Saya lihat asap banyak sekali, teman saya juga sama liat. Akhirnya kita langsung turun bertiga, ada pendaki lain juga sama turun setelah tau ada api,” kata pendaki, Cupah (18), usai sampai di Pos pendakian jalur Palutungan.
Ia bersama dua pendaki lainnya mengaku, sangat panik karena melihat kondisi karhutla yang cukup luas, ketika masih berada di puncak gunung. Walau begitu, ketiganya tidak sampai terjebak karena titik api cukup jauh dengan jalur pendakian.
“Enggak, kita gak terjebak. Karena jauh dengan jalur pendakian, hanya saja terlihat banyak kepulan asap akibat kebakaran itu,” ujarnya.
Dia menjelaskan, ketika mulai turun gunung justru malah semakin terlihat banyak asap. “Pas turun malah lihat asap itu nambah banyak, soalnya melebar kemana-mana. Saya juga ketemu dengan petugas, akhirnya diarahkan untuk segera turun,” pungkasnya. (Andri)