INDRAMAYU –
Semburan gas rawa bercampur lumpur di Desa Sukaperna, Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu mulai ditangani. Semburan gas tersebur sudah dialirkan dan dibuang ke sungai setempat. Pertamina diminta untuk mendirikan posko di lokasi semburan.
Direktur Umum Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengatakan, semburan gas di Sukaperna tidak ada kaitannya dengan aktivitas pengeboran Pertamina di sekitar lokasi. Hal tersebut terungkap setelah dilakukan uji laboratorium terhadap semburan tersebut. “Gas rawa tidak diapa-apakan juga muncul melalui retakan-retakan. Pertamina mengebor sampai kedalaman 1.300 meter,” ujar dia.
Kendati tak ada kaitannya namun Pertamina tetap memiliki tanggung jawab. Terlebih Pertamina melakukan aktivitas pengeboran di lokasi tersebut. Salah satu upaya yang saat ini tengah ditempuh yakni dengan mengalirkan semburan gas menggunakan pipa PVC dan dibuang ke sungai. Hal tersebut supaya gas lebih terpusat sehingga tidak membahayakan masyarakat. “Pertamina siap membantu.Penanganan awal sumber gas yang ada di pemukiman warga akan dialirkan ke sumur migas yang kita miliki,” ungkapnya.
Tujuannya,agar tekanan agar di pemukiman warga bisa terkurangi karena disedot dan dialirkan ke sumur migas.
Untuk itu, Nanang meminta agar masyarakat turut membantu menciptkan suasana kondusif di lapangan agar para petugas dapat bekerja dengan maksimal.
Dia menegaskan, gas yang menyembur merupakan gas metan. Gas tersebut tidak akan berbahaya jika tidak dihirup secara langsung.
“Seperti asap knalpot kendaraan. Kalau tidak dihirup secara langsung tidak berbahaya,” ujarnya. Yang dikhawatirkan gas metan akan sangat reaktif jika terpicu oleh api.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Herman Khaeron mengatakan, memang benar semburan tersebut tidak ada kaitannya dengan aktivitas pengeboran Pertamina. Namun demikian kata dia pasti menimbulkan dampak.
“Yang terpenting ada jalan keluar,” katanya. Untuk itu kata dia, perlu ada penanganan segera karena warga sudah lama dibiarkan.
Herman mengatakan, Pertamina, DPR, dan pihak terkait sudah sepakat akan memantau semburan gas di Tukdana. “Saya kira nanti hal-hal lain kita bicarakan,” ujar dia. Dia pun meminta agar Pertamina membuka posko di lokasi semburan. “Supaya masyarakat kalau ada apa-apa gampang mengadu. Sambil mengkaji nanti diberitahukan kepada masyarakat,” katanya.
Kepala desa Sukaperna Hasanudin mengatakan, kejadian menyemburnya gas bercampur air dan lumpur sudah berlangsung semenjak tiga tahun terakhir. Selama itu pula warga sudah mengadukan kepada pemerintah.
“Yang datang cuma mengecek-mengecek saja. Saya sampai pusing, mohon dijelaskan,” kata Hasanudin. Awalnya kata dia, semburan hanya terjadi di 50 titik saja. Kini terus bertambah hingga jumlahnya sekitar 195 titik semburan di rumah warga.
Dia menambahkan, kekesalan masyarakat terus terakumulasi. Untuk itu, belum lama ini masyarakat melakukan demo.
“Posko berdiri setelah masyarakat demo,” katanya. Dia menjelaskan, saat ini masyarakat merasa tidak aman, tenang, dan nyaman. Selain dampak semburan di rumah-rumah, masyarakat pun kebanyakan mengalami gangguan pernafasan.
“Kebanyakan asma,” ujar dia. Selain sesak nafas, air semburan pun akan terasa gatal jika tersentuh oleh kulit.
Hasanudin meminta, ada solusi nyata terkait semburan gas di desanya. Apalagi sejauh ini tidak ada kompensasi sejauh apapun dari pemerintah atau pihak terkait. “Desa kami dulu tenang dan damai,”tutur dia.
Berdasarkan pantauan di lokasi, semburan gas masih terjadi di banyak lokasi. Salah satunya terjadi di Rumah milik Suniti. Di belakang rumah nenek renta tersebut air bercampur gas dan lumpur masih menyembur cukup kuat. (tomi indra)