CIREBON – Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, kini memiliki 2 raja. Pertama adalah penerus Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat yakni Sultan Sepuh XV PRA Luqman Zulkaedin yang dinobatkan pada Agustus 2020 lalu.
Setahun setelahnya, pada 18 Agustus 2021 lalu, kembali dilantik seorang raja yakni Rahardjo Djali yang menyandang Gelar Sultan Aloeda II. Jumenengan atau penobatan Rahardjo Djali dilakukan di Omah Kulon yang masih terletak di sekitar Keraton Kasepuhan Cirebon.
Rahardjo Djali mengklaim, ia adalah pewaris takhta yang sah karena keturunan asli dari Sunan Gunung Jati yang juga cucu dari Sultan Sepuh XI Tadjul Arifin Djamaluddin Aluda Mohammad Samsudin Radjanatadiningrat.
Tidak seperti Sultan Sepuh XV PRA Luqman Zulkaedin yang tidak memiliki garis keturunan Sunan Gunung Jati. “Luqman Zulkaedin sama sekali tidak ada hubungan darah dengan Sunan Gunung Jati,” kata Rahardjo Djali, Kamis (19/8/2021).
Ia menjelaskan, kakek moyang Luqman (Sultan Sepuh XV) yaitu Alexander Rajaningrat tidak memiliki hubungan darah dengan Sultan Sepuh XI yang berarti Sultan berikutnya hingga Sultan Sepuh XIV bukan keturunan murni dari Sunan Gunung Jati.
Oleh karenanya, ia meminta Luqman Zulkaedin dengan besar hati mennggalkan Keraton Kasepuhan. “Saya harap, Luqman dan keluarganya dengan legowo meninggalkan Keraton Kasepuhan,” ujarnya.
Sebelumnya, ia mengaku sudah membuka pintu dialog hingga melayangkan somasi sekitar Maret 2021 lalu, namun tidak ada tanggapan dari pihak Luqman Zulkaedin.
“Kami sudah berupaya untuk melakukan dialog dengan Luqman tapi tidak ada respons. Somasi juga sudah kami kirimkan, tanggapannya juga sama,” ujarnya.
Ia berharap, dengan penobatan dirinya menjadi Sultan Aloeda II Keraton Kasepuhan akan menjadi lebih baik dan dikelola secara profesional baik untuk kesejahteraan keluarga keraton maupun untuk masyarakat.
“Kami meluruskan sejarah yang sudah tidak murni lagi. Kedepan, Keraton Kasepuhan akan dikelola lebih baik lagi sehingga bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat,” pungkasnya. (*)