Majalengka – Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo optimis Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Majalengka, Jawa Barat, bakal ramai tahun depan.
Keyakinan Bambang muncul dengan hadirnya fasilitas maintenance, repair and overhaul (MRO) yang akan melengkapi fungsi dan layanan Bandara. Selain itu, kata Bambang, BIJB yang akan dikembangkan sebagai bandara khusus haji dan umrah juga sebagai Pusat Logistik Nasional, jadi alasan dirinya optimis kebangkitan Bandara Kertajati.
Hal itu disampaikan ketua MPR RI yang akrab disapa Bamsoet saat melakukan kunjungan kerja dan bertemu managemen BIJB Kertajati, pada Kamis (2/12/2021) kemarin.
“Data Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat mencatat 46 persen dari pesawat Indonesia masih melakukan MRO di luar negeri. Ini menunjukkan pasar kesempatan untuk mengembangkan fasilitas MRO sangat terbuka,”ujar Bamsoet dalam keterangannya, Jumat (3/12/2021).
“Daripada pihak asing yang menikmati, lebih bagus BIJB dikembangkan sebagai pusat MRO Indonesia. Sehingga maskapai tidak perlu lagi melakukan MRO di luar negeri,” sambungnya.
Bamsoet menjelaskan, BIJB tinggal membenahi dan menambah beberapa infrastruktur, antara lain membangun 10 hanggar, dengan 20 slot pesawat berbadan lebar, 16 slot pesawat berbadan sempit.
Pembangunannya bisa memanfaatkan lahan 84,2 Ha yang berada dalam kawasan BIJB. Terlebih kawasan bandara masih luas, dari total lahan 1.800 hektare, masih ada 700 hektare yang belum dimanfaatkan.
“Investasi yang diperlukan mencapai Rp 2,5 triliun, dengan payback period diperkirakan mencapai 11,1 tahun. Relatif tidak terlalu tinggi untuk ukuran bisnis MRO. Tidak hanya dimanfaatkan oleh maskapai, MRO di BIJB juga bisa dimanfaatkan untuk merawat pesawat dan helikopter milik TNI-Polri,” jelas dia.
Bamsoet juga meyakini akan banyak investor yang tertarik. Mengingat berdasarkan kajian Kementerian Perindustrian, memproyeksikan potensi bisnis industri perawatan dan perbaikan pesawat atau maintenance, repair and overhaul (MRO) di Indonesia pada tahun 2025 akan mencapai USD 2,2 miliar, naik signifikan dibanding tahun 2016 sebesar USD 970 juta.
Hal itu seiring upaya pemerintah yang memacu pengembangan industri jasa penerbangan dalam negeri sejak tahun 2000 sehingga kinerjanya tumbuh dalam satu dekade terakhir.
“Apalagi industri MRO kita semakin kompetitif. Saat ini sudah mampu menyediakan berbagai jasa perawatan pesawat, antara lain airframe, instrument, engine, radio, emergency equipment, dan line maintenance,” pungkasnya. (Erick)