CIREBON – Sejak dinobatkan pada 18 Agustus 2021 lalu, Sultan Sepuh Aloeda II Rahardjo Djali langsung tancap gas dalam mengelola sekaligus membenahi Keraton Kasepuhan Cirebon Jawa Barat.
Di tengah polemik, Keraton peninggalan Sunan Gunung Jati ini akan dikelola secara modern dan profesional dengan mengedepankan musyawarah dalam mengambil keputusan.
Selain itu, Sultan Aloeda II juga akan melibatkan kaum muda untuk menyerap ide-ide kreatif dan inovatif agar lebih memberdayakan keraton serta seluruh situsnya yang tersebar di Wilayah Cirebon.
Sultan Sepuh Aloeda II Rahardjo Djali mengatakan, langkah 3 bulan pertama dan yang paling penting dalam rencana pengelolaan Keraton Kasepuhan adalah menginventarisir naskah-naskah kuno atau arsip kuno dan pusaka keraton.
“Dalam 3 bulan pertama kami akan mengeloa serta menginventarisir arsip kuno dan seluruh pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon. Dimana ini sangat penting, akan kami nilai barang tersebut asli atau sudah tidak asli lagi,” katanya, Jumat (27/8/2021).
Ia melanjutkan, seluruh situs Keraton Kasepuhan yang tersebar di Wilayah Cirebon Raya berikut juru kunci dan pemandu wisata akan dikelola lebih baik lagi sehingga lebih berdaya baik pariwisata maupun dari sisi peninggalan sejarahnya.
“Kami juga akan mengelola situs dan cagar budaya di Keraton Kasepuhan maupun di luar lingkungan keraton yang jumlahnya sekitar 120 situs. Tidak hanya bangunanya, tapi kami akan memberikan kesejahteraan kepada juru kunci, berikut peningkatan kapasitas abdi dalem atau pemandu wisata. Abdi dalem ini tidak hanya sekedar bisa membawa tamu saja, tapi akan ditingkatkan kemampuannya melalui pelatihan sehigga mampu menjadi tenaga yang handal untuk mendukung sektor pariwisata,” terangnya.
Ia memastikan seluruh aspek yang berhubungan dengan Keraton Kasepuhan akan dibenahi secara modern dan profesional. Karena menurutnya, keraton merupakan peninggalan sejarah yang melewati berbagai generasi sehingga harus menyesuikan diri dengan zamannya tanpa mencabut akar budayanya.
“Pengelolaan keraton ini harus sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman, juga sesuai dengan kebutuhan pengembangan Keraton Kasepuhan kedepannya. Kami tidak melihat adanya alasan dengan cara-cara modern bahwa kearifan lokal dan budaya akan tergerus. Justru semua perangkat di Keraton Kasepuhan ini akan berpegang pada kearfian lokal,” pungkasnya. (*)