CIREBON –
Petani garam di Cirebon kini harus ‘putar otak’ untuk memenuhi kebutuhan hidup. Karena satu-satunya mata pencaharian mereka tidak cukup menghasilkan keuntungan.
Bahkan, beberapa petani garam hampir meninggalkan profesinya karena mengalami kerugian. Di tengah himpitan harga garam yang menyentuh titik terendah dan stok yang tidak terjual hingga menumpuk di gudang, petani garam rela berhutang demi hidup sehari-hari.
Salah satu petani garam di Desa Rawaurip Kabupaten Cirebon, Ismail mengaku, tidak dapat menggantungkan hidupnya pada satu-satunya mata pencahariannya itu.
“Ya mau bagaimana, cuma itu mata pencaharian kami. Walaupun tidak ada hasil tapi kami masih menjalaninya,” katanya, Kamis (25/7/2019).
Ia mengatakan, untuk makan dan kebutuhan sehari-hari banyak petani garam yang berhutang ke tengkulak atau menjual garamnya dengan harga yang sangat murah.
“Banyak yang kasbon ke tengkulak. Berapapun harganya yang penting laku dijual, untuk makan sehari-hari,” ujarnya.
Bahkan, beberapa petani garam sudah tidak menggarap lahannya dan beralih ke profesi lainnya seperti berdagang, menarik becak, tukang bangunan, dan lainnya.
“Sudah ada yang meninggalkan, karena mereka menggarap lahan milik orang lain atau pakai sistem bagi hasil. Karena kalau diteruskan tidak menghasilkan apa-apa,” katanya.
Ia dan petani lainnya berharap, pemerintah memiliki kebijakan atau kebijaksanaan bagi petani garam agar kondisi ini cepat pulih kembali. “Kami hanya bisa berharap kepada pemerintah, segera mengambil tindakan atau kebijakan memulihkan kondisi petani garam,” pungkasnya. (Juan)