INDRAMAYU – Hadirnya pandemi Covid-19 selama hampir dua tahun, telah meluluhlantakkan berbagai sendi kehidupan di tengah masyarakat. Denyut perekonomian seakan terhenti, berganti dengan teror virus yang menyerang tanpa memandang latar belakang korbannya.
Pemerintah mulai di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota, bersama jajarannya masing-masing, berjibaku mengatasi pandemi maupun dampak yang ditimbulkannya. Upaya itupun mendapat dukungan dari berbagai lapisan masyarakat, seperti ulama/kyai, tokoh masyarakat, termasuk sektor swasta.
Melalui berbagai program, pemerintah berusaha menyelamatkan masyarakat dari virus Covid-19 dan menata kembali sendi-sendi kehidupan masyarakat, agar bisa pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat.
Pada momentum hari kemerdekaan RI ke 77, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Indramayu dibawah kepemimpinan Bupati Nina Agustina Da’i Bachtiar, telah menjalankan berbagai program unggulan, demi terwujudnya Indramayu Bermartabat (Bersih, Religius, Maju, Adil, Makmur, dan Hebat).
Salah satunya adalah program Perempuan Berdikari (Pe-ri). Yakni, sebuah program pemberdayaan ekonomi yang diberikan kepada perempuan purna pekerja migran Indonesia (PMI) asal Indramayu. Program itu diberikan dalam bentuk pelatihan kewirausahaan, pendampingan dan fasilitasi akses permodalan melalui perbankan yaitu dari Bank Jabar dan Banten (bjb) Cabang Indramayu dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Karya Remaja Indramayu.
Nina mengakui, Kabupaten Indramayu merupakan daerah kantong PMI di Provinsi Jawa Barat, bahkan nasional. Minat masyarakat Indramayu untuk bekerja ke luar negeri memang tinggi. Dalam kondisi normal sebelum terjadinya pandemi Covid-19, atau pada 2019, jumlah penempatan PMI asal Kabupaten Indramayu mencapai 21.678 orang, yang terdiri dari 2.673 laki-laki dan 19.005 perempuan. Jumlah yang hampir sama juga selalu terjadi setiap tahun sebelum pandemi, terutama pada 2016, 2017 dan 2018.
Pada 2020, dimana terjadi pandemi Covid-19 dan penutupan di sejumlah negara penempatan, membuat jumlah PMI asal Indramayu turun menjadi 5.287 orang, yang terdiri dari 1.016 laki-laki dan 4.271 perempuan. Begitu pula pada 2021, jumlah PMI asal Indramayu mencapai 3.618 orang, yang terdiri dari 565 laki-laki dan 3.053 perempuan. Tingginya jumlah PMI itu otomatis menambah jumlah purna PMI setiap tahunnya, terutama perempuan purna PMI. Untuk itu, hal tersebut harus diimbangi dengan upaya pelatihan kewirausahaan terhadap para perempuan purna PMI. Diharapkan, mereka mampu berdikari melalui pemberdayaan ekonomi.
‘’Pemkab Indramayu berharap bahwa tidak selamanya perempuan Indramayu harus bekerja di luar negeri. Ketika sudah memperoleh penghasilan yang cukup, kiranya agar dikelola secara mandiri di negeri sendiri,’’ tukas Nina.
Program Pe-ri pun telah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2021-2026. Dengan satu paket pelatihan kewirausahaan/20 orang peserta per desa, maka diharapkan pada empat tahun kedepan akan tercipta 6.340 wirausahawan baru dari para perempuan purna PMI, yang tersebar di 317 desa di 31 kecamatan di Kabupaten Indramayu.
Pada 2021, pelatihan kewirausahaan telah dilaksanakan di 12 desa. Sedangkan pada 2022, program Pe-ri menyasar 32 desa. Selain pelatihan tata boga, pelatihan yang diberikan adapula tata rias dan kecantikan serta lainnya, disesuaikan dengan potensi di wilayah setempat.
Tak hanya Pe-ri, Pemkab Indramayu juga menjalankan program unggulan lainnya, yakni Kredit Usaha Kecil (Kruwcil). Program itu memberikan kredit kepada warung kecil dan UMKM, untuk mendorong perekonomian mereka. Program tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan Bank Prekreditan Rakyat Daerah dan Bank BJB, yang nilainya mulai dari Rp 500 ribu sampai dengan Rp 5 juta.
Selain pelatihan kewirausahaan dan bantuan modal, Pemkab Indramayu juga memiliki program unggulan lain untuk lebih membangkitkan perekonomian masyarakat. Yakni, program Lebu Digital (Le-Dig). Yakni, sebuah program untuk mewujudkan Smart Village atau ‘Desa Cerdas’ dengan melakukan pemasangan WiFi di setiap balai desa.
Program Le-Dig di antaranya sudah diterapkan di Desa Cangkingan, Kecamatan Kedokanbunder, yang merupakan desa digital pertama di Kabupaten Indramayu. Penerapan digitalisasi, telah terbukti mampu mendongkrak perekonomian masyarakat setempat dan mempermudah pelayanan pemerintahan desa.
Bahkan, Kepala Desa Cangkingan, Didi Wahyudi, menjadi satu-satunya kepala desa di Indonesia, yang diberi kesempatan untuk menjadi narasumber dalam forum Think20 (T20) untuk menuju Group of Twenty (G20), di Bandung, Rabu (27/7/2022) lalu. Dalam kesempatan itu, dia memaparkan pemanfaatan desa digital secara ekonomi. Program Le-Dig itu terintegrasi dengan program unggulan lain yang diluncurkan Bupati Nina, yakni Indramayu Cepat Tanggap (I-Ceta).
Program I-Ceta menawarkan solusi pertolongan pertama permasalahan kemanusiaan dan kedaruratan. Dalam program itu, warga dapat melapor melalui nomor telepon langsung (Hotline), atau melapor melalui media sosial melalui saluran WhatsApp, Facebook, dan Instagram.
Program itupun berkaitan erat dengan program unggulan Dokter Masuk Rumah (Dokmaru). Yakni, program layanan kesehatan yang menghadirkan bentuk pelayanan langsung ke rumah warga. Dalam program tersebut, dokter di puskemas yang datang ke rumah warga yang membutuhkan pertolongan kesehatan.
Capaian kegiatan program Dokmaru periode Maret 2021 – Juli 2022, diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Jumlah panggilan masuk melalui PSC 119 = 1259 panggilan, dengan rincian 84 kasus emergency, 575 kasus non emergency dan 600 kasus pelayanan informasi.
2. Panggilan yang diteruskan oleh PSC 119 ke Dokmaru Puskesmas = 655 kasus.
3. Panggilan/laporan kasus masuk dari Non PSC (langsung ke Dokmaru Puskesmas) = 1980 panggilan/laporan
4. Jumlah kasus yang ditindaklanjuti oleh Dokmaru Puskesmas = 2.632 kasus, terdiri dari 630 kasus emergency dan 2002 kasus non emergency.
5. Jumlah kasus yang dirujuk = 411 kasus.
Nina menegaskan, program Dokmaru merupakan ikhtiar Pemkab Indramayu dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sektor kesehatan. Program itu dinilai sebagai terobosan dalam meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.
‘’Dengan kondisi masyarakat sehat, maka dapat menekan beban biaya hidup, yang seharusnya untuk berobat ke dokter. Dengan menghadirkan dokter, biaya itu dapat dialihkan untuk keperluan beban hidup lainnya,’’ tukas Nina.
Dalam program unggulan lainnya, Nina juga sangat memperhatikan bidang pendidikan. Untuk itu, diadakan program Kejar Paket (Ja-ket), yang merupakan pendidikan non formal yang meliputi kelompok belajar (Kejar) paket A, B, dan C.
Program itu diselenggarakan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) maupun Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di bawah naungan Dinas Pendidikan. Masyarakat Indramayu dapat mengikuti program Ja-ket secara gratis serta mendapat ijazah setara dengan sekolah formal yang diakui oleh negara.
Sejak program itu diluncurkan, ribuan masyarakat Indramayu telah memperoleh ijazah. Kepemilikan ijazah tersebut sangat membantu mereka dalam berupaya memperoleh kehidupan yang lebih baik, salah satunya mendapatkan pekerjaan yang mensyaratkan adanya ijazah pendidikan.
Tak hanya menjalankan program unggulan bagi masyarakatnya, Nina pun membuka pintu lebar-lebar bagi investor menjalankan usaha di Kabupaten Indramayu. Di antaranya dengan memberikan kemudahan regulasi atau syarat bagi investor.
‘’Kita berikan red carpet,’’ tukas Nina.
Nina berharap, segala upaya dan kerja keras yang dilakukannya bersama seluruh jajaran yang dipimpinnya bisa membuat masyarakat Indramayu pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat dari pandemi Covid-19. Dengan demikian, bisa mewujudkan Indramayu Bermartabat, yakni Bersih, Religius, Maju, Adil, Makmur, dan Hebat. (IJnews)