INDRAMAYU –
Pemkab Indramayu tidak main-main dengan permasalahan stunting yang muncul di daerahnya. Pada tahun 2020 mendatang, penurunan stunting diharapkan mencapai 5 persen dari jumlah penderita saat ini. Untuk mencapai angka tersebut, maka semua pihak harus berkomitmen untuk melakukan aksi percepatan penurunan stunting di Kabupaten Indramayu.
Komitmen bersama tersebut terungkap ketika berlangsung kegiatan Rembuk Aksi Pecepatan Stunting di Kabupaten Indramayu yang berlangsung di Aula Bappeda, Selasa (16/7/2019).
Bupati Indramayu Supendi menjelaskan, kegiatan aksi percepatan penurunan stunting ini harus serius benar dilakukan oleh semua pihak baik pimpinan daerah, SKPD, DPRD, rumah sakit, perguruan tinggi, camat, kepala desa, kepala puskesmas, organisasi profesi dan juga media masa.
Untuk itu, kegiatan Posyandu yang ada di desa-desa harus kembali digerakkan dan mendapatkan perhatian yang lebih serius bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, pemberian informasi gizi kepada ibu-ibu harus terus dilakukan sebab jika stunting dibiarkan maka anak menjadi tidak produktif dan bisa menjadi masalah sosial.
“Pemerintah benar-benar serius dalam mengatasi stunting agar kelak nanti permasalahan ini tidak menjadi masalah social. Tahun 2020 mendatang kita ingin penurunan 5 persen bisa tercapai,” tegas Supendi.
Terkait dengan lokus kegiatan penanganan stunting di 8 kecamatan, pihaknya berharap agar semua pihak mendukungnya dan bisa memanfaatkan anggaran yang tersedia mulai dari desa hingga SKPD untuk intervensi stunting.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Deden Bonni Koswara mengatakan, saat ini jumlah penderita stunting di Kabupaten Indramayu mencapai 29,9 persen. Pada tahun 2020 mendatang, 8 kecamatan akan menjadi lokus perhatian intervensi kegiatan percepatan stunting. Kecamatan tersebut yakni Balongan, Karangampel, Kertasmaya, Krangkeng, Lelea, Lohbener, Pasekan, dan Tukdana. (*)