INDRAMAYU –
Titin Umiyati,seorang tenaga kerja wanita (TKW) asal Indramayu yang terdampar di Irak, meminta pertolongan pemerintah untuk segera memulangkannya ke Indonesia.
“Sambil menangis Titin mengadukan permasalahannya ke saya melalui WhatsApp agar saya meneruskan pengaduannya ke pemerintah yang di Jakarta,” kata ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Cabang Indramayu, Juwarih, pada Minggu 16 September 2018.
Juwarih mengatakan, Titin Umiyati merupakan warga Blok Karanganyar, Rt 014, Rw 03, Desa Santing, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat minta dipulangkan karena sudah dua bulan tidak lagi bekerja setelah memutuskan untuk meninggalkan rumah majikannya.
“Tolong bantu saya agar bisa pulang, saya sudah tidak punya apa-apa lagi karena sudah 2 bulan ini tidak kerja dan sekarang pun untuk bertahan hidup saya hanya mendapat belas kasihan dari teman saya yang dari Bandung,” ucap Juwarih, menirukan ucapan Titin yang disampaikan kepadanya.
Dari keterangan TKW, kata Juwarih menceritakan dirinya hingga sampai ke Irak, pada awalnya direkrut oleh sponsor bernama Asna, warga Arjawinangun, Cirebon, Jawa Barat melalui medsos facebook dengan di iming-iming akan dipekerjakan ke Turki dengan gaji USD 700 perbulannya.
Setelah berminat, kemudian pada 7 November 2017 Titin dibawah Asna ke Jakarta di kenalkan sama Wawan untuk diproses sebagai calon TKI ke Turki, hanya mengikuti proses satu minggu dipenampungan kemudian Titin berdua bersama temannya dibawah oleh Wawan ke Surabaya, melalui Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, pada 15/11/2017.
“Dari Bandara Juanda, Surabaya kedua TKW tersebut diantar oleh Yasin ke Malaysia, dari Kuala Lumpur, kemudian transit di Qatar, dan dilanjutkan perjalanan ke Turki,” ungkap Juwarih.
Setibanya di Turki, Titin dijemput oleh perwakilan dari agency Farmoo Manpower Co. Ltd, oleh pihak agency kemudian pada 26 November 2017 di bawa ke Erbil Kurdistan, Irak.
Sepuluh bulan bekerja di Irak, Titin sempat lima kali ganti majikan, terakhir kerja selama 3 bulan pada majikan bernama Karwan dan istrinya bernama Aisyah, ia memutuskan untuk kabur dari rumah majikan dikarenakan sering diperlakukan tidak manusiawi.
“Dari majikan pertama sampai di majikan terakhir Titin mengaku selalu diperlakukan kasar layaknya budak oleh majikannya, ketika mengadu ke agency pun malah ia dicaci-maki, dan dipukul, serta dipekerjakan lagi,” papar Juwarih.
Setelah menerima aduan dari korban, pihaknya akan segera meneruskan pengaduan ke Kementerian Luar Negeri, agar Titin secepatnya dapat perlindungan dari perwakilan pemerintah yang ada di Irak.
“Semoga KBRI yang di Baghdad langsung tanggap dan dalam menangani permasalahan TKI harus mengedepankan korban,” pungkasnya.(tedi)