BANDUNG –
Memasuki musim hujan seperti saat ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung menerbitkan Surat Edaran tentang kewaspadaan terhadap wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Bandung.
Surat tersebut juga merupakan respons dari imbauan yang disampaikan Kementerian Kesehatan RI kepada pemerintah kota/kabupaten di Indonesia.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Rita Verita mengungkapkan, warga perlu waspada menghadapi siklus lima tahunan virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti.
“Sebetulnya siklus lima tahunannya jatuh pada tahun 2018. Tetapi tahun lalu alhamdulillah tidak terjadi. Tahun ini kita mewaspadai kalau-kalau terjadi di 2019 ini,” tutur Rita, Senin (21/1/2019).
Perlu diketahui, di kota Bandung sendiri terjadi peningkatan kasus DBD. Pada tahun 2017, ada 1.715 kasus DBD. Jumlah tersebut meningkat menjadi 2.018 kasus di tahun 2018. Sedangkan di awal tahun 2019, telah terdata 48 kasus dalam kurun waktu 20 hari.
“Tapi kita baru akan dapat laporan keseluruhan tanggal 5 setiap bulannya. Jadi baru sebagian saja didata oleh petugas-petugas puskesmas yang di wilayahnya terdapat rumah sakit,” imbuh Rita.
Karenanya, Rita mengimbau kepada warga Kota Bandung untuk melaksanakan 3M plus, yaitu Menguras bak mandi, Menutup penyumpanan air rapat-rapat, Mengubur/memanfaatkan kembali/membuang ke tempatnya kaleng bekas, ban bekas, atau tempat-tempat yang memungkinkan air tergenang, serta Menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan semprotan atau losion anti nyamuk.
Selain itu, Rita juga menyarankan agar warga memasukkan abate ke dalam penampungan air agar jentik nyamuk tidak hidup di dalamnya. Pasalnya, jentik Aedes aegypti hanya bisa hidup di air yang jernih.
“Sebagai langkah konkret, Dinkes juga melakukan fogging di lokasi-lokasi yang diketahui ada yang terkena DBD. Kalau itu kita rutin terus sepanjang tahun,” ujar mantan Direktur RSUD Kota Bandung itu.
Tak hanya itu, Dinkes Kota Bandung juga mengaktifkan kembali tim Jumantik, atau Juru Pemantau Jentik. Dinkes memberikan pelatihan kepada kader-kader kesehatan di tiap RW untuk melakukan monitorin dan edukasi di lingkungan rumahnya.
“Jumantik itu kader kesehatan, mereka dilatih jadi kader jumantik. Mereka juga melatih masyarakat cara melihat jentik, membuang, mengubur, membersihkan jentik, dan lain-lain,” pungkasnya. (*)