MAJALENGKA –
Melakukan eksperiman untuk menambah penghasilan bisa dilakukan siapa saja, termasuk oleh perangkat desa. Salah satu caranya dengan budidaya ikan lele.
Tidak punya lahan yang luas tak menghalangi seorang pamong desa di Kabupaten Majalengka untuk membudidayakan lele sekaligus menanam sayuran. Ia hanya memanfaatkan lahan sempit di belakang rumahnya ukuran panjang 2 meter dan lebar 1 meter.
Adalah Kadus Sukarya, pamong desa Rajawangi, Kecamatan Leuwimunding, Kabupaten Majalengka yang telah satu bulan menerapkan budidaya ikan dalam ember (budidakmer). Dalam satu bulan, ikan lele yang dibudidayakan Sukarya dengan metode yang dikembangkannya sudah tumbuh besar atau layak konsumsi bahkan bisa dijual.
“Satu ember itu berisi 80 ekor ikan lele. Sudah besar-besar. Siap disantap. Temen saya yang beternak lele di balong (kolam) terheran-heran melihat ukuran ikan yang sudah besar dalam waktu dua minggu,” ungkap Sukarya, saat ditemui di halaman belakang rumahnya, Kamis (10/10/2019).
Sukarya menambahkan untuk perawatan aquaponik dalam ember ini cukup mudah. Ia hanya perlu mengganti atau membuang air dalam ember setiap satu pekan sekali. Itu suatu keharusan, karena kotoran ikan lele menimbulkan bau.
“Kotoran dalam ember ikan lele ini, dialirkan ke bagian tanaman kangkung. Kangkungnya juga cepat tumbuh. Itulah aquaponik. Di Majalengka, saya cari tahu belum ada, karena saya berguru juga kepada seorang dosen di Cirebon,” ungkapnya.
Sukarya berharap, dengan eksperimennya itu, akan menambah penghasilan tambahan di luar gaji sebagai pamong desa. Akan tetapi, ia mengingatkan diri sendiri, bahwa menekuni budidaya ikan dalam ember ini harus dibarengi dengan kesenangan dan minat.
Sementara untuk masalah modal, Sukarya mengaku cukup merogoh modal tak lebih dari Rp1,5 juta. Dengan uang sebesar itu ia membeli ember, benih ikan lele, pipa atau paralon serta pakan ikan.
“Tanpa kesenangan, akan repot merawatnya. Ikan lele ini siap panen sebulan lagi.” ujarnya.
Akan tetapi Sukarya tidak menjualnya. Ia beralasan karena gagasan awalnya dari adik-adik mahasiswa yang pernah KKN di desa Rajawangi pada Agustus 2019 lalu. Rencananya ia akan ngaliwet dulu dengan mereka.
“Ini perdana. Tidak akan saya jual. Saya akan ajak mahasiswa dan dosen ngaliwet dengan ikan lele ini. Setelah itu, baru saya akan bisniskan,” pungkasnya. (Haidar)