CIREBON –
Menjadi Smart City sejak 2017, tidak membuat Kota Cirebon melupakan nilai-nilai atau kearifan lokalnya. Penerapan konsep smart city di kota udang, lebih ke upaya meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakatnya.
Sekda Kota Cirebon, Asep Dedi menjelaskan, sejak konsep smart city diterapkan, Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik (DKIS) Kota Cirebon sudah mengeluarkan berbagai program, khususnya untuk peningkatan kualitas informasi dan pelayanan kepada publik.
Sekalipun menjalankan sistem dan konsep smart city, namun Kota Cirebon tetap tidak meninggalkan tradisi, budaya dan sejarahnya. “Kota Cirebon sudah berusia 649 tahun lalu atau sekitar abad ke 15. Namun dapat menyesuaikan dengan zamannya,” katanya, Senin (25/3/2019).
Menurutnya, Cirebon memiliki sejarah dan budaya yang panjang dan hingga kini masih bertahan, bahkan di Kota Cirebon ini memiliki 4 kesultanan. “Semua masih kita lestarikan. Hubungan antara masyarajat dengan budaya lokal pun berjalan dengan baik,” ujarnya.
Sementara itu Kepala DKIS Kota Cirebon, Iing Daiman mengatakan, dalam smart city tidak masalah apakah itu pertama atau terakhir. Karena semangatnya yaitu semangat kebersamaan, termasuk semangat untuk berbagi aplikasi dan pengalaman.
“Teknologi dan budaya tidak bisa dipisahkan. Keduanya dapat kita kolaborasikan sehingga memperkaya bidaya itu sendiri tanpa menghilangkan kearifan lokal,” jelasnya.
Dia berharap, masyarakat dapat mengakses dan memanfaatkan teknologi dengan baik. Untuk tujuan yang dapat meningkatkan literasi di bidang budaya, seni, dan lainnya.
“Kita boleh bangga dengan kebudayaan yang kita miliki. Tapi kita harus belajar juga dari budaya lain, sehingga kehadiran teknologi tidak menghambat hubungan antar budaya di dunia internasional,” pungkasnya. (Juan)