SUMEDANG –
Kualitas biji kopi yang dihasilkan petani di Kabupaten Sumedang yang sudah mendunia tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan para petaninya.
Bahkan, mayoritas petani kopi di Sumedang saat ini ditengarai masih hidup di bawah garis kemiskinan.
Wakil Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Sumedang Asep Sumaryana mengatakan, hal ini terjadi karena saat ini, di Sumedang masih minim pengolah kopi dan mayoritas masyarakat Sumedang masih menjadi penikmat kopi kemasan, bukan kopi asli.
“Produksi kopi yang dihasilkan masyarakat Sumedang dalam setahun rata-rata tidak kurang dari 300 ton. Namun 95% produksi kopi Sumedang dijual petani secara gelondongan ke luar daerah hingga mancanegara dengan harga Rp6500/kg (matang dari kebun),” ujarnya.
Harga jual tersebut, kata Asep, sangat rendah jika dibandingkan dengan harga jual paskakopi tersebut diolah (roasting). Dimana, setelah dirosting harga kopi naik ratusan kali lipat, menjadi Rp200.000/kg.
“Jadi untuk meningkatkan kesejahteraan petani kopi, yang harus dilakukan pemerintah saat ini adalah mulai mengampanyekan kepada masyarakat di Sumedang untuk minum kopi asli,” tuturnya.
Kampanye minum kopi asli, kata Asep, bisa dimulai di lingkungan pemerintahan Kabupaten Sumedang, dengan cara menyosialisasikan hal ini kepada para pejabat di tiap SKPD, kantor kecamatan, kantor kelurahan/desa.
“Sosialisasinya bisa dilakukan secara sederhana, misalkan, di tiap SKPD itu kan ada anggaran makan minum (mamin), nah anggaran ini bisa dialokasikan untuk pembelian kopi asli yang dihasilkan petani.
Dengan begitu para pejabat di Sumedang akan terbiasa meminum kopi asli, dan meninggalkan kopi sachet yang isinya jagung,” tuturnya.
Sosialisasi ke pejabat ini, tutur Asep, bisa direalisasikan dengan peran serta Bupati Sumedang melalui instruksi bupati.
“Bupati bisa menginstruksikan ke tiap SKPD agar para pejabat di lingkungannya untuk minum kopi asli. Kalau pejabatnya sudah terbiasa minum kopi asli, tentunya akan jadi contoh bagi masyarakat,” sebutnya.
Selain itu, lanjut Asep, Pemkab Sumedang harus mulai mengembangkan produksi kopi Sumedang ini menjadi industri dari hulu ke hilir dengan cara memperbanyak atau mencetak masyarakat Sumedang sebagai pelaku usaha pengolah kopi.
“Selain mengampanyekan minum kopi asli, pemerintah sudah harus memikirkan untuk mencetak enterpreuneur kopi, memperbanyak pengolah kopi, dan membuka peluang kepada masyarakat Sumedang untuk membuka usaha kafe kopi asli.
Dengan begitu kopi asli Sumedang bisa diproduksi, diolah, dan dinikmati oleh masyarakat Sumedang itu sendiri,” katanya. (Aminullah)