INDRAMAYU,
Kabupaten Indramayu sebagai sentra produksi beras nasional dengan areal pertanian yang luas tidak berlebihan kalau Perum Bulog menargetkan pengadaan beras jenis medium dalam jumlah banyak hingga ratusan ribu ton. Namun seiring bergesernya pemberian bantuan social (Bansos) dari beras ke BPNT maka pengadaan sangat dibatasi. Target pengadaan 2022 sangat minim hanya 5.000 ton dengan harag per kilo gram dipatok Rp.8.300.
Kasi Operasional dan Pelayanan Publik (OPP) Kantor Cabang Perum Bulog Indramayu Nanang Setiawan mengatakan pengadaan tahun 2022 ditarget 5.000 ton. Target itu dibatasi. Beda dengan dulu ketika masih bebas. Serapan Bulog Indramayu bisa mencapai 80 ribu ton hingga seratusan ribu ton.
Menurutnya, target pengadaan 2022 meski kontrak sudah dibuat pada Januari 2022 dan wilayah Indramayu sebagian sudah mulai memasuki musim panen namun pengadaan belum dimulai. Faktornya mungkin karena harga antara petani dan mitra kerja Bulog belum ketemu.
“Kontrak awal Tahun 2022 hingga Juni. Sekarang kuota dibatasi waktu juga dibatasi. Kontrak Januari hingga Juni dan target pengadaan dibagi ke mitra-mitra kerja dan mulai dibuka ketika stok mengalami penurunan. Harga pengadaan Rp8.300/kg. Serapan pengadaan belum masuk karena mungkin harganya belum ketemu, mungkin pada puncak musim panen ketika harga gabah ada penurunan,” kata Nanang, Senin (20/03/2022).
Nanang menyebutkan, stok beras yang tersimpan di 8 gudang Bulog Indramayu sangat banyak hingga mencapai 23.900 ton dan 400 ton diantaranya hasil pengadaan tahun 2018. Stok beras tersebut sambungnya kalau untuk kebutuhan sendiri sangat surplus.
Stok beras itu kata dia sangat surplus untuk mencukupi kebutuhan sendiri sekira 1.200 ton dan stok yang ada bisa di kirim (move out) ke luar daerah lain yang stoknya minim. Move out untuk memenuhi kebutuhan beras di luar Indramayu pada saat penyaluran terutama bansos rastra 10 kg per KPM dan bansos untuk terdampak pandemic COVID-19. Move out biasanya ke Cianjur, Bogor, Bandung dan Depok.
Namun demikian karena penyaluran bansos diganti dengan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) maka penyaluran beras Bulog terhambat. Beras yang ada lanjutnya untuk stabilisasi harga dan kebutuhan untuk beras cadangan pemerintah (BCP).
“Kita masih ada stok beras pengadaan 2018 sebanyak 400 ton. Beras itu masuk BCP. Masih adanya sisa itu karena sejak 2019 dan 2020 Bansos beralih ke BPNT akhirnya penyaluran Bulog terhambat. Beras yang 400 ton itu akan kita turun mutukan. Kita masih menunggu keputusan pusat untuk izin reproses atau olah ulang beras lama untuk menjadi lebih baik,” sebutnya.
“Move out idealnya usia pengadaan satu tahun sehingga stok berganti dengan yang baru,” kata dia.
Menyinggung masih surplusnya stok beras, Ia mengaku stok beras kalau dijual secara langsung tidak boleh karena pengeluaran harus sesuai dengan izin. kalau untuk pasaran umum prosedurnya nanti lewat operasi pasar melalui Ketersediaan Pasokan Stabilisasi Harga (KPSH), kalau dulu OP, harga Rp8.300/kg.
OP dilakukan sepanjang tahun dari awal tahun hingga akhir tahun. OP kerja sama dengan Diskopdagin dan pedagang-pedagang beras.
“Intinya semua orang baik pengusaha beras maupun pribadi boleh membeli beras Bulog dengan catatan kalau diperjualbelikan harus sesuai dengan HET. HET beras medium Rp9.450/kg. Bulog memberikan harga Rp.8.300 dan dijual sesuai HET. Sudah ada keuntungan untuk pedagang,” tambahnya. (safaro)