KUNINGAN –
Warga Desa Cibinuang, Kecamatan/Kabupaten Kuningan digegerkan dengan meninggalnya salah satu warga akibat gantung diri. Aksi nekat itu diketahui dilakukan seorang warga bernama Rumsiti (45) warga RT05 RW 03 Gang Wijaya Dusung Puhun.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, korban tewas akibat belitan kain panjang yang diikatkan ke leher dengan ujung kain digantungkan di kayu penyangga atap rumah. Saat ditemukan, Selasa (24/9), korban masih mengenakan daster di dekat tempat jemuran pakaian sudah tak bernyawa.
Aksi nekat ini tak disangka warga, sebab sosok Rumsiti atau akrab disapa Bi Iyem ini kerap mengikuti pengajian. Korban pertama kali ditemukan oleh menantunya bernama Sukenda (34), saat mencoba mencari ibu mertuanya di lantai dua rumahnya.
Sementara Kapolsek Kuningan AKP Agus Suroso membenarkan adanya peristiwa tersebut. Bahwa pada hari ini sekira pukul 05.00 WIB pagi, telah diketemukan sesosok mayat dalam keadaan gantung diri atas nama Rumsiti warga Desa Cibinuang Kecamatan/Kabupaten Kuningan.
“Saksi pada peristiwa kejadian yaitu menantu korban Sukenda dan anak korban Atik Yuniarti (23). Kronologis kejadian, pada sekira pukul 05.00 WIB saksi saudara Sukenda dibangunkan oleh saksi Atik yang menyampaikan dan memperlihatkan bahwa ada secarik atau selembar surat dari ibunya,” terangnya.
Inti surat itu, lanjutnya, yakni berisikan bahwa korban merasa sakit hati dikarenakan cucunya dibentak-bentak oleh saudaranya. Kemudian saksi Atik meminta tolong kepada saksi Sukenda, untuk mengeceknya keatas (belakang rumah)
“Lalu saksi Sukenda mengeceknya ke atas rumah tepatnya lantai dua, pas sampai di anak tangga kaget melihat korban dengan menggunakan pakaian daster sudah dalam keadaan menggantung, dengan menggunakan kain samping yang diikatkan pada kayu penyangga atap. Saat ditemukan, korban keadaan sudah Tidak bernyawa,” ungkapnya.
Dia menilai, bahwa korban merasa sakit hati dikarenakan cucunya sering dimaki dan dimarahi oleh saudaranya sendiri. Lalu korban membuat secarik surat yang ditujukan kepada anaknya.
“Hasil pemeriksaan terhadap korban, tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan lain. Maka selanjutnya mayat korban diserahkan kepada keluarga untuk dikuburkan,” jelasnya.
Sementara isi surat itu bertuliskan dengan bahasa daerah Sunda. Jika diterjemahkan surat itu kurang lebih sebagai berikut: “Teh Maafkan Ibu, terpaksa Ibu melakukan ini karena merasa sakit hati. Ibu titip Ripa dan Aura tolong jangan disentak-sentak Teh. Terus bilangin ke Bi Ooh maaf Ibu ke Odi karena sudah berani memarahi. Pokoknya maafkan Ibu ke semuanya, selamat tinggal.
Allahuakbar – Allahuakbar
Laailah Ha Illallah
Nanti juga pindah di Surga, Amin. Ibu sekarang ada diatas. Ibu amanat ke Bi Ooh nitip Aura dan Ripa jangan di beda-bedakan. Harus disayangi seperti yang lainnya. Saya sakit hati karena punya cucu disentak-sentak saudara sendiri. Tolong rawat anak-anak supata saya tenang di akherat”. (Andri)