INDRAMAYU – Bermula pada tanggal 20 November 2022, organisasi Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia (HARPI) DPC Indramayu melaksanakan pembakuan (pemakeman) pengantin Dermayu Agung, sebagai upaya dalam melestarikan budaya bangsa terutama adat pengantin asli (baku) Kabupaten Indramayu.
Gayung pun bersambut, Bupati Indramayu Nina Agustina lantas menyatakan komitmennya pada acara “Sarasehan Budaya” yang berlangsung pada Senin, 12 Februari 2024, bertempat di Dewan Kesenian Indramayu (DKI), untuk mendukung pembakuan tersebut, dan mengakui pentingnya busana pengantin dalam mempertahankan identitas dan jati diri Kabupaten Indramayu.
Dalam rangka menulusuri sejarah pengantin Indramayu, HARPI Melati Indramayu mengunjungi kediaman Rosada Iskak, salah satu maestro perias di Kabupaten Indramayu dan sebagai saksi sejarah pengantin Indramayu.
“Sejak saya kecil sudah ada adat pengantin Indramayu, yang punya orang kaya waktu itu,” ujar Rosada
Rosada menambahkan, pada tahun 1990 di Gedung DPD Pusat Bandung mengadakan seminar pengesahan pengantin di setiap daerah, Indramayu termasuk salah satu yang mengirimkan.
Pada saat tahun 1950an masih sering dipakai untuk pernikahan Pegawai Pemerintah setempat. Namun sejak tahun 1990an sudah ditinggalkan dan sudah tidak dipakai lagi.
Bentuk dan rupa akulturasi perpaduan antara bangsa Cina, Belanda, dan suku Betawi. Tanpa ada perubahan sedikitpun karena busana tersebut merupakan pengantin baku (aslinya) maka masih terlihat kuna kental dan mengandung sejarah kebudayaan.
Yoko, salah satu perias terbaik di Kabupaten Indramayu menyampaikan filosofi akan bentuk dan rupa busana adat pengantin Indramayu.
“Busana akad nikah berwarna putih yang disebut ‘Dermayon Putri’ dan pengantin prianya menggunakan blangkon. Sedangkan, busana resepsi yang disebut ‘Dermayon Kebesaran’ dari bahan beludru impor berwarna merah maroon yang melambangkan keagungan, pengantin pria menggunakan siger kuluk dan terdapat Burung Hong yang melambangkan keperkasaan dan kekuatan pada siger kuluk pengantin wanita,” jelasnya.
Lebih lanjut, Yoko menjelaskan penutup kepala disebut siger kuluk berbentuk kembang kapas, Cundung Mentul berjumlah 7 buah yang melambangkan dalam 1 minggu ada 7 hari, Garuda sebagai lambang Negara, Sumping tersusun dari untaian 6 swarovski yang melambangkan rukun iman, mute-mute di dahi berjumlah 5 buah sama dengan rukun islam.
Aksesoris Belanda berupa Badong (ikat pinggang) dan kalung dou’bloon dengan gambar Ratu Wilhelmina, gelangnya disebut Plilitan dan gelang pipih Sigar Penjalin, cincinnya disebut Coroan karena bentuknya seperti kecoa.
Kain batik bermotif kembang kapas yang pada zaman dahulu hanya dipakai oleh kaum bangsawan juga aksesoris rusa bermata berlian yang ada di siger kuluk pengantin pria yang saat ini diabadikan dalam busana adat Pengantin Dermayon Putri dan Pengantin Dermayon Kebesaran.
“Bupati Indramayu sangat bangga dan menerima, mudah-mudahan masyarakat Indramayu juga bisa menerima” ujar Yoko.(Dwie)